Rabu, Desember 17, 2008

Sebongkah Daging yang Dihiasi

Lihatlah!
Tubuh yang sedepa ini
Membalut seperangkat tulang, penuh luka,
Tiada pernah tetap,
Tiada abadi.

Lihatlah!
Wujud khayali ini
Walau dalam keadaan gemerlap,
Berhiaskan permata,
Tetap tulang belulang bersarungkan kulit.

Lihatlah!
Kuku yang diwarnai cat,
Wajah dipulas bedak,
Cukup memperdaya si dungu
Yang mencari kepuasan.

Itulah bahaya dari obyek inderawi ini
Hanya sebongkah daging yang dihiasi.

Jiwa Sang Ilalang

Bilamana angin itu bertiup ke arah barat
Ku kan terbawa, terseret, lemah, lunglai tak berdaya
Akar kokohku pun termakan ulat-ulat jalang
Diam, tak dapat kuhirup lagi karbondioksida
Jiwaku melayang, melihat terseok-seok tubuhku... tak berarti.

Bilamana angin itu bertiup ke arah utara
Ku kan terbawa, terseret, lemah, lunglai tak berdaya
Akar kokohku pun termakan ulat-ulat jalang
Diam, tak dapat ku jumpai kawan-kawan sejiwaku
Jiwaku melayang, melihat terseok-seok tubuhku... tak berguna.

Bilamana angin itu bertiup ke arah timur
Ku kan terbawa, terseret, lemah, lunglai tak berdaya
Akar kokohku pun termakan ulat-ulat jalang
Diam, tak dapat ku ciptakan lagi oksigen untukmu
Jiwaku melayang, melihat terseok-seok tubuhku... tak berbelas.

Bilamana angin itu bertiup ke arah selatan
Ku kan terbawa, terseret, lemah, lunglai tak berdaya
Akar kokohku pun termakan ulat-ulat jalang
Diam, tak dapat kau lihat lagi keindahanku
Jiwaku melayang, melihat terseok-seok tubuhku... kering membusuk.

Sadarlah! aku ini sama sepertimu
Kemana pun kau membawaku
Apapun kau menjadikanku
Ku tetap akan menjadi permata hati bagimu